Manajemen Archives - Page 5 of 10 - RDN Consulting


No more posts

September 16, 2022
WhatsApp-Image-2022-09-11-at-3.55.03-PM.jpeg

Sebagian orang bisa saja memiliki minat besar untuk berbisnis hingga akhirnya memutuskan untuk membangun sebuah bisnis atau perusahaan baru. Dengan alasan itulah seseorang akhirnya mendirikan startup

Startup adalah perusahaan yang masih berada dalam tahap pengembangan atau rintisan. Umumnya, sebuah perusahaan startup akan membutuhkan biaya besar dalam pengembangannya dan masih memiliki pendapatan kecil.

Berbagai Contoh Startup

Setelah mengetahui apa itu startup, selanjutnya perlu mengetahui berbagai contohnya. Di Indonesia, beberapa contoh startup adalah Gojek (layanan transportasi), Tokopedia (e-commerce), OVO (e-wallet), Alodokter (kesehatan), dan Full Harvest (kuliner).

Sementara itu, contoh startup dari luar negeri atau yang telah dikenal secara internasional yaitu Uber (layanan transportasi), Google (mesin pencari), Instagram (media sosial), dan Pandora (layanan streaming).  

Jenis-jenis Startup   

 

1. Lifestyle Startup

 

Startup jenis ini dibuat oleh mereka yang memiliki passion atau hobi tertentu. Umumnya, tujuan pengembangan bisnis ini adalah untuk kesenangan semata yang akhirnya bisa dijadikan sumber penghasilan sekaligus. 

 

2. Startup Bisnis Kecil

 

Startup jenis ini umumnya dibuat oleh mereka yang masih pemula dalam berbisnis. Dibanding startup pada umumnya, bisnis kecil akan cenderung menggunakan modal yang lebih kecil dan tentu memiliki risiko yang lebih kecil pula. Contoh dari startup bisnis kecil yaitu toko kue homemade, salon, atau toko kelontong. 

 

3. Startup Perusahaan Besar

 

Berkebalikan dari bisnis kecil, startup perusahaan besar biasanya dijalankan oleh orang-orang yang memiliki banyak pengalaman di bidang bisnis. Selain itu, startup jenis ini menyasar pasar dengan lingkup yang lebih besar dan lebih luas. 

 

4. Startup Berskala

 

Startup berskala umumnya dikembangkan oleh orang yang berpikir bisa mengubah dunia atau menciptakan sesuatu yang akan berguna bagi masyarakat. Umumnya bisnis jenis ini benar-benar terukur dan bisa diulang sehingga mampu menarik banyak investor. 

 

5. Startup Sosial

 

Sesuai namanya, startup sosial adalah bisnis yang didirikan dengan tujuan menyelesaikan berbagai isu sosial dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Sudah ada startup Indonesia yang memiliki tujuan serupa, yaitu Biomagg Indonesia yang bergerak di bidang pengelolaan limbah organik.

Bagaimanakah Pendanaan Startup? 

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, startup akan membutuhkan dana yang besar, apalagi jika yang dijalankan adalah bisnis berskala besar. Para pebisnis bisa memiliki beberapa sumber pendanaan startup, antara lain yaitu uang pribadi, uang dari orang terdekat (kerabat, teman, atau saudara), pemodal ventura (pemodal yang berani mengambil risiko tinggi karena melihat prospek bagus pada bisnis), investor malaikat atau angel investor, serta inkubator atau akselerator bisnis.

Baca Juga: Mengenal Funding Startup dan Cara Kerjanya

Tips Sukses Mendirikan Startup 

Berikut beberapa tips agar bisa sukses mengembangkan startup:

  1. Buatlah bisnis sesuai hal-hal yang dikuasai atau disukai. Hal ini akan membantu dan mempermudah dalam riset hingga membuat model bisnis
  2. Lakukan riset mendalam seputar bisnis yang akan dikembangkan dan jangan pernah menutup diri untuk selalu belajar.
  3. Buatlah perencanaan yang matang, mulai dari jenis produk, supplier, hingga perhitungan biaya.
  4. Lakukan pendekatan dengan ahli di bidang bisnis yang dikembangkan lalu tentukan visi perusahaan sesuai saran dari mereka.
  5. Tetapkan struktur bisnis yang memuat manajemen pajak dan liabilitas perusahaan.
  6. Tetapkan strategi marketing terbaik agar produk bisa tersampaikan pada konsumen dan membuat mereka tertarik.
  7. Bangun relasi dengan berbagai pihak agar bisa menciptakan produk serta mengembangkan bisnis dengan baik.

Itulah penjelasan mengenai startup. Setelah mengetahui startup adalah perusahaan rintisan dengan berbagai hal yang berhubungan, apakah Anda tertarik untuk memulai bisnis ini?


September 14, 2022
WhatsApp-Image-2022-09-11-at-3.46.50-PM.jpeg

Crowdfunding adalah salah satu cara yang bisa kamu lakukan untuk mendapatkan dana atau modal secara kolektif. Kamu bisa menggunakannya untuk membangun bisnis maupun mengembangkannya. Biasanya, dana yang diperoleh didapat dari kolega, investor, maupun pelanggan.

Crowdfunding sendiri memiliki beberapa metode. Namun untuk kali ini kita akan membahas dua di antaranya, yaitu Equity Crowdfunding dan Securities Crowdfunding. Berikut penjelasan masing-masing.

Apa itu Equity Crowdfunding?

Equity Crowdfunding (EC) merupakan metode pendanaan khusus bisnis mikro seperti startup dan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Jika secara umum metode crowdfunding ialah dengan mengadakan penggalangan dana oleh sejumlah orang, EC ialah metode yang digunakan untuk mendorong masyarakat secara luas untuk memberikan dana yang nantinya masyarakat itu memiliki sejumlah saham.

Bagaimana Cara Kerja Equity Crowdfunding?

Ada 3 komponen yang harus ada pada metode EC, di antaranya ialah pemilik bisnis, platform online sebagai media yang digunakan penerbit dalam menawarkan proposal, dan investor. Berikut cara kerja EC yang perlu kamu ketahui;

  1. Membuat proposal. Proposal usaha yang sudah dibuat nantinya akan diserahkan atau dikirimkan ke platform yang memiliki layanan permodalan. Biasanya pihak platform akan memberikan informasi terkait standar proposal yang harus dimiliki.
  2. Pihak platform akan akan melakukan listing saham dengan mencatat dan mempromosikan bisnis yang ingin dipasarkan. Hal ini diharapkan bisa menarik perhatian para investor.
  3. Jika ada investor yang tertarik, kemungkinan mereka akan membeli sejumlah saham melalui platform tersebut.

Apa itu Securities Crowdfunding?

Sama seperti EC, Securuties Crowdfunding (SC) merupakan metode penggalangan dana yang dilakukan secara online untuk memberikan modal kepada UMKM. Meski terlihat sama, namun keduanya memiliki perbedaan.

EC bertujuan untuk memberikan modal kepada usaha mikro seperti UMKM dan startup untuk mencapai ekspansi yang lebih besar pada bisnis. Sedangkan SC jangkauannya bisa lebih luas dan memberikan penawaran lebih kepada investor. Selain itu, SC bisa menawarkan fasilitas pendanaan modal tidak hanya kepada perseroan terbatas (PT), tetapi juga bisa kepada CV maupun firma. Sedangkan EC hanya fokus kepafa perusahaan PT.

Baca Juga: Mengenal Funding Startup dan Cara Kerjanya

Kelebihan Metode EC dan SC Beserta Kekurangannya

Setiap metode tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan EC dan SC beserta kekurangannya.

1. Kelebihan dan kekurangan EC

Untuk skema EC tentu kamu akan mendapatkan banyak keuntungan di samping proses pendanaan yang cukup mudah, metode ini memiliki resiko yang cukup rendah karena pihak terkait dan platform yang digunakan harus terpercaya dan terdaftar dalam OJK. 

Meski begitu, EC memiliki kekurangan di mana ide dan gagasan yang kamu ajukan sangat mudah untuk ditiru. Hal ini dikarenakan informasi mengenai bisnismu dipaparkan secara terbuka. Ada baiknya jika kamu mendaftarkan bisnis ke HAKI.

2. Kelebihan dan Kekurangan SC

Kelebihan dari skema SC ialah tidak adanya agunan agar mendapatkan dana. Selain itu, akses untuk mengunjungi platform secara online juga cukup mudah diakses. Kekurangannya, pembukuan secara SC cukup rumit.

Itulah beberapa pembahasan mengenai crowdfunding, Equity Crowdfunding, dan Securities Crowdfunding. Semoga bermanfaat!


September 12, 2022
WhatsApp-Image-2022-09-11-at-3.13.27-PM.jpeg

Kini perusahaan startup yang pada dasarnya menjalankan bisnis dengan memanfaatkan teknologi semakin banyak dan meluas. Bahkan banyak sekali lulusan kuliah yang tertarik untuk bekerja di sana. Ada yang beralasan perusahaan startup merupakan perusahaan yang cukup maju dan berkembang. Ada juga yang beranggapan perusahaan startup lebih mudah karena menggunakan kemajuan teknologi.

Salah satu perbedaan perusahaan startup dengan yang lain ialah pendanaannya yaitu dengan funding. Dalam dunia bisnis istilah funding bukanlah hal yang asing. Hampir setiap perusahaan startup melakukan funding untuk mengembangkan bisnisnya. Nah, buat kamu yang baru terjun ke dunia bisnis berikut akan dijelaskan sedikit mengenai apa itu funding bagi startup dan cara kerjanya. Yuk, kita simak!

Apa itu funding?

Singkatnya, funding adalah sebuah aktivitas penggalangan dana untuk perusahaan dengan cara mempresentasikan mengenai produk atau bisnis yang dijalankan kepada para calon investor. Para investor yang tertarik akan mendalaminya dan bersedia menanamkan saham pada perusahaan startup tersebut.

Startup funding atau pendanaan startup bisa digunakan untuk dana utama maupun dana tambahan pada sebuah proyek maupun program perusahaan. Sebisa mungkin, buat kamu yang ingin funding harus mempersiapkan presentasi yang menarik bagi investor yang tertarik dengan bidang yang sedang kamu geluti entah itu bisnis pangan, property, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Joint Venture, Jenis Kerja Sama Antar Perusahaan yang Menguntungkan

Level Pendanaan Startup : Series ABCD Funding

Perlu kamu ketahui bahwa pendanaan startup memiliki beberapa tingkatan meski pada dasarnya cukup mudah didapatkan. Berikut setiap tahapan proses pendanaan startup;

1. Pre-Seed Funding

Tingkatan ini merupakan pendanaan untuk awal mula dibangunnya perusahaan startup. Biasanya, sumber dana bisa diperoleh dari tabungan sendiri, saudara, maupun keluarga terdekat. Meski memungkinkan juga bisa didapat dari orang luar yang tertarik dengan kondep bisnis yang kamu miliki.

2. Seed Funding

Pada tahap ini cukup banyak perusahaan startup yang berhenti berjuang karena persaingan yang cukup ketat. Pendanaan pada tingkat ini biasanya pada perusahaan yang sudah berproses dan ingin berkembang. Kamu tentu perlu pintar-pintar dalam memasarkan produk yang kamu bawa agar banyak investor juga yang tertarik untuk memberikan modal tambahan.

3. Series ABCD Funding

Pada pendanaan startup lanjutan ada beberapa tahapan yang disebut dengan series ABCD funding. Pada tahapan series ini, tergantung dari kinerja yang telah dicapai sebuah perusahaan. Berikut penjelasan singkatnya;

  • Seri A : Pendanaan lanjutan yang bisa diperoleh perusahaan yang telah mencapai performa tertentu. Kamu perlu membuktikan bahwa produk yang dibawa layak untuk mendapatkan dana lanjutan.
  • Seri B : Biasanya, pendanaan ini khusus untuk perusahaan yang sudah memperoleh laba. Sebagian besar produk pun telah dimiliki sebagian besar konsumennya.
  • Seri C : Perusahaan yang mendapatkan pendanaan seri C biasanya yang sudah mencapai level bisnis yang sudah matang dengan performa yang selalu naik.
  • Seri D : Pendanaan ini biasanya untuk perusahaan yang sudah maju namun menawarkan produk baru yang ingin diangkat.

4. IPO (Innitial Public Offering)

Perusahaan yang telah mencapai tahap funding ini biasanya telah menawarkan saham bisnis tidak hanya ke beberapa investor, namun juga ke masyarakat luas. Nantinya masyarakat yang memiliki saham perusahaan berhak mendapatkan deviden setiap tahunnya.

Baca Juga: Penanaman Modal Asing: Tujuan, Syarat dan Prosedurnya

 

Itulah beberapa penjelasan mengenai funding. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan!


August 22, 2022
WhatsApp-Image-2022-08-19-at-5.53.08-AM.jpeg

Ada beberapa ilmu manajemen yang perlu Anda pahami sebagai pebisnis. Salah satunya adalah manajemen kas. Ini karena eksistensi kas sebagai salah satu elemen penting dalam operasional bisnis.

Pahami lebih jauh mengenai pengertian, tujuan, fungsi hingga contoh kasus manajemen kas di sini.

Pengertian Manajemen Kas

Kas adalah aset paling likuid yang dimiliki oleh perusahaan. Bentuknya tidak hanya tunai saja, melainkan kas bon hingga demand deposit. Keberadaannya berfungsi untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan tanggungan perusahaan. Jenis tanggungannya lebih cenderung ke jangka pendek.

Jadi, manajemen kas adalah aktivitas untuk mengelola kas agar perusahaan bisa memenuhi kebutuhan dan tanggung jawabnya.

Tujuan Manajemen Kas

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan manajemen kas bagi perusahaan. Tujuan ini semuanya ada untuk kepentingan perusahaan. Apa saja tujuannya?

 

1. Membayar Kewajiban Jangka Pendek

 

Beberapa kewajiban jangka pendek yang bisa Anda bayar menggunakan kas adalah pembagian dividen, gaji karyawan, bayar pajak, dan lain sebagainya.

 

2. Antisipasi Hal-Hal Yang Tidak Terprediksi

 

Musibah bisa datang kapan saja. Misalkan perusahaan mengalami pencurian, kebakaran, dan lain sebagainya. Anda perlu kas untuk menanggulangi kejadian tak terprediksi ini. Dalam hal ini, kas juga berfungsi sebagai dana darurat.

 

3. Pengeluaran Secara Ekonomis

 

Setiap kas yang keluar harus mampu memberikan feedback lebih besar. Ini jadi salah satu prinsip manajemen kas. Inilah arti dari pengeluaran yang ekonomis.

 

4. Balance Antara Kas Masuk dan Keluar

 

Salah satu tujuan manajemen kas itu agar kas masuk dan keluar seimbang. Akan lebih baik lagi jika arus kas lebih tinggi karena artinya perusahaan sukses mengelola keuangannya (kas) dengan baik.

 

5. Investasi

 

Eksistensi kas perusahaan juga digunakan untuk mengembangkan dana melalui investasi. Melalui investasi perusahaan bisa mendapatkan return yang lebih besar. Jenis investasi juga tak bisa asal. Pilihannya adalah jenis likuid seperti instrumen pasar modal.

Baca Juga: Kenali Laporan Arus Kas : Metode, Komponen, dan Manfaatnya

 

Model dan Contoh Kasus Manajemen Kas

Setidaknya, ada 2 jenis model manajemen kas yang perlu Anda ketahui yakni Miller Orr dan Baumol. Keduanya akan kami jelaskan secara singkat beserta contoh kasus manajemen kas sebagai berikut:

 

1. Miller Orr

 

Melalui model ini, perusahaan perlu menetapkan batas atas dan bawah saldo kas. Jika saldo menyentuh batas atas maka perlu ada perubahan jumlah agar kas kembali ke saldo yang diinginkan. Jika kas menyentuh batas bawah, maka perlu tindakan menjual sekuritas.

 

2. Baumol

 

Model ini menunjukkan bahwa kebutuhan kas perusahaan mirip dengan pemakaian persediaan. Saldo kas yang tinggi berarti perusahaan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan dana melalui investasi. Sebaliknya, saldo kas rendah artinya perusahaan kesulitan likuiditas. 

Contoh kasusnya:

  1. LK menggunakan kas Rp600.000.000 tiap tahun. Bunga di sekuritas sekitar 6% untuk periode 1 tahunnya. Ada biaya untuk berganti sekuritas sebesar Rp25.000

Penyelesaian:

Q =  [(2oD)/i)]1/²

Q = [(2×25.000×600.000.000):0.12)]1/²

Q = 15.811,5 juta

Artinya apa? 

Perusahaan harus menjual sekuritas senilai Rp15.811.500 juta setiap kali saldo kas nol sehingga bisa memangkas biaya karena kehilangan kesempatan berinvestasi.

Pentingnya fungsi manajemen kas bagi perusahaan tentu membuat manajemen perlu mengelola kasnya dengan sangat baik. Apalagi jika situasi bisnis seperti sekarang yang tidak menentu dan fluktuatif.


July 27, 2022
WhatsApp-Image-2022-07-24-at-7.05.59-AM.jpeg

Debt to equity ratio lebih sering disebut dengan DER. Debt to equity ratio adalah rasio utang terhadap ekuitas yang dibandingkan dengan jumlah utang dan ekuitasnya. Menurut Kasmir DER digunakan untuk menilai utang dari keseluruhan ekuitasnya.

Debt to equity ratio pajak berkaitan erat karena mampu menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menanggung hutang yang dimilikinya. Ada rumus debt to equity ratio yang bisa digunakan sebagai berikut :

Cara Menghitung Debt To equity ratio 

Rumus debt to equity ratio terdiri atas total hutang baik kewajiban lancar maupun tidak lancar dibanding dengan total ekuitas. Bila diimplementasikan dalam formula bisa disimak dibawah ini :

DER =  Total liabilities : Total Modal  atau (Total Liabilities /Total Equity) x 100 %

Cara menghitung debt to equity ratio akan mudah dipelajari melalui kasus sebagai berikut : Perusahaan ABC pada kuartal ketiga memiliki hutang sebesar Rp. 3.000.000. Jumlah ekuitas yang dimilikinya saat itu adalah 1.500.000 maka DER yang dimilikinya adalah :

DER = 3.000.000 / 1.500.000

= 2 kali

Atau 

DER (dalam prosentase ) = (3.000.000 /1.500.000) x 100 %

= 200 %

Cara Membaca Debt To equity ratio

Dari hasil DER tersebut bisa diketahui beberapa hal terkait keuangan perusahaan khususnya dalam hal utang. Ada 4 hal yang dapat ditunjukkan oleh nilai DER adalah :

  1. Apabila nilainya dibawah atau sama dengan 1 atau 100 % maka korporasi tersebut dalam keadaan sehat. Apabila perusahaan mengalami gagal bayar maka ekuitasnya bisa digunakan untuk melunasi hutang-hutangnya
  2. Jika DER diatas 100% atau lebih dari 1 maka perusahaan perlu waspada. Jika hutang berasal dari obligasi atau utang bank maka termasuk dalam kategori warning. Apabila berasal dari utang usaha maka masih baik-baik saja karena bisa terlunasi dari perputaran modal kerja
  3. Misalnya nilai DER diatas 200% atau 2 maka diartikan kondisi perusahaan beresiko tinggi. Perusahaan rawan akan berbagai resiko termasuk nilai tukar rupiah terhadap dolar serta kenaikan suku bunga bank
  4. Ada pula istilah DER tidak cocok bagi perusahaan perbankan. Penyebabnya karena tabungan nasabah ternyata dimasukan ke dalam pos kredit atau hutang. Jika tabungan masyarakat semakin tinggi maka saham perbankan tersebut. Perhitungan DER pada perusahaan perbankan bisa mencapai diatas 6 kali atau 600 % dan tidak bisa dijadikan acuan untuk perusahaan lainnya

Pada contoh soal sebelumnya menunjukkan bahwa DER berada di angka 2. Ini artinya perusahaan tersebut cukup beresiko tinggi. Utang yang tinggi memiliki resiko tinggi akan kredit macet.

Baca Juga: Mengenal Pengertian, Metode dan Jenis-jenis Ekuitas

Debt to equity ratio adalah salah satu faktor pertimbangan investor dalam berinvestasi. DER yang terlalu tinggi juga tidak baik untuk kesehatan perusahaan karena tidak ada cukup uang untuk membayar kewajibannya.


July 25, 2022
WhatsApp-Image-2022-07-24-at-6.47.20-AM.jpeg

Ekuitas adalah modal atau sejumlah hak maupun aset yang dipakai oleh perusahaan untuk melakukan operasinya. Metode ekuitas  sendiri dalam akuntansi adalah total aset dikurangi dengan kewajiban.

Unsur dalam ekuitas adalah modal disetor, laba ditahan, modal sumbangan, modal penilaian kembali dan modal lain. Pentingnya ekuitas adalah salah satu faktor penentu harga saham tersebut. 

Jenis-jenis Ekuitas

Bila harga saham tinggi maka investor meyakini bahwa prospek perusahaan tersebut baik di masa datang. Jenis ekuitas terbagi menjadi lima kelompok diantaranya adalah :

1. Ekuitas Merek

Ekuitas merek mengacu pada brand awareness. Nilai ini berkaitan dengan kualitas yang konsumen rasakan dari barang atau jasa yang diterimanya. Bila produk direspon positif oleh konsumen maka akan meningkatkan loyalitas pembeli.

Semakin banyak pelanggannya maka nilai dari merek tersebut juga ikut naik.  Tiga hal yang mempengaruhi ekuitas merek diantaranya kesadaran akan merek, asosiasi konsumen dan kualitas yang dirasakan.

2. Ekuitas Rumah

Jenis ekuitas ini merupakan nilai rumah yang dikurangi dengan jumlah utama hipoteknya. Fungsinya sangat penting untuk pemodal yang ingin membeli atau menjual kembali rumah tersebut. Ekuitas ini merupakan tergolong nilai kepemilikan.

3. Pembiayaan Ekuitas

Ekuitas ini dinilai dari apakah perusahaan tersebut mampu menghasilkan profit yang berarti pada saat ini atau tidak. Cara untuk pembiayaan ekuitas dengan cara menjual saham yang ada di perusahaan ke investor lainnya. Hasil penjualan ini nantinya digunakan untuk ekspansi usaha.

4. Ekuitas Pemilik Perusahaan

Ekuitas pemilik perusahaan serupa dengan ekuitas pemegang saham. Perbedaannya terletak pada keuntungan dari ekuitas pemilik yang diambil dari semua bidang usaha termasuk didalamnya yang tidak ada pada bursa efek.

Contohnya saja ketika perusahaan memiliki tiga anak perusahaan. Dua diantaranya sudah melantai di bursa efek. Pemilik ekuitas saham hanya boleh memiliki hak atas dua perusahaan saja. Berbeda dengan ekuitas pemilik yang berhak atas aset dari ketiga perusahaan tersebut termasuk yang belum masuk bursa saham.

5. Ekuitas Pemegang Saham

Ekuitas pemegang saham adalah perwakilan total yang akan dikembalikan pada pemegang saham. Ketika semua aset berhasil dilikuidasi dan hutang dilunasi maka ekuitas ini akan menjadi faktor penentu kesehatan keuangan perusahaan serta nilai dari korporasi tersebut.

Ekuitas sendiri dilaporkan dalam laporan perubahan modal. Ekuitas ini bisa bertambah maupun berkurang dari laba rugi yang dihasilkan. Beberapa penyusun laporan ini diantaranya adalah modal awal periode, pengurangan satu periode, penambahan dan modal penutup periode.

Baca Juga: Apa itu Persamaan Dasar Akuntansi? Contoh Lengkap + Tabel

Ekuitas bisa berupa uang tunai maupun saham. Jika dalam bentuk saham bisa terdiri atas saham milik pemilik maupun yang dimiliki investor di luar perusahaan. 

Menurut PSAK No.21 ekuitas adalah hak pemilik perusahaan berupa selisih aset dan kewajiban yang ada. Nilainya bisa mengalami penurunan maupun kenaikan tergantung dari penyertaan pemilik maupun pembagian laba rugi.


July 11, 2022
WhatsApp-Image-2022-07-09-at-4.17.41-PM.jpeg

Memiliki badan usaha tentu memerlukan modal yang nggak sedikit dalam membangunnya, apalagi mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM). Anda bisa saja mendapatkan pinjaman modal usaha untuk perusahaan yang ingin dibangun. Beberapa langkah penting untuk mendapatkan modal akan dibahas dalam artikel kali ini. Dengan begitu, Anda nggak perlu bingung lagi dalam menjalankan usaha.

Apa yang dimaksud dengan modal usaha?

Sebelum membahas mengenai langkah apa saja yang perlu diperhatikan dalam mengajukan pinjaman modal, Anda perlu tahu terlebih dahulu mengenai modal. Apa sih yang dimaksud dengan modal?

Banyak yang beranggapan bahwa modal hanya berupa uang. Nyatanya, modal tidak hanya berupa uang atau dana, namun bisa berupa benda atau aset berharga. Maka dari itu makna modal usaha sendiri merupakan dana atau aset yang dimiliki pengusaha dalam membangun bisnis atau perusahaan.

Apa yang perlu dilakukan untuk mendapatkan pinjaman modal usaha?

Membangun perusahaan dengan modal pribadi mungkin akan lebih mudah. Akan tetapi, tidak semua orang memiliki dana sendiri dalam membangun bisnis. Tidak perlu khawatir, karena Anda bisa saja mengajukan pinjaman modal usaha. Lantas, langkah apa saja yang harus dilakukan? Berikut beberapa langkah penting yang bisa dilakukan untuk mendapatkan pinjaman;

1. Menentukan jenis pinjaman sesuai kebutuhan bisnis.

Pada dasarnya, jenis pinjaman modal ada 2, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit modal kerja akan memudahkan Anda yang ingin mendapatkan tambahan modal. Jenis pinjaman ini bahkan bisa diajukan untuk Anda yang membutuhkan modal awal atau sama sekali tidak memiliki modal pribadi. Biasanya pihak bank atau pihak peminjam akan memberikan waktu 1 tahun.

Sedangkan untuk kredit investasi merupakan jenis pinjaman yang dikhususkan untuk Anda yang sudah memiliki modal usaha, namun ingin mengajukan pinjaman untuk pengembangan. Biasanya debitur yang mengajukan kredit investor akan diberi jangka waktu kurang lebih 5 tahun.

2. Menentukan pinjaman dengan jaminan atau tanpa jaminan.

Pinjaman dengan jaminan atau tanpa jaminan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Anda bisa memilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

Jika Anda menginginkan pinjaman dengan bunga yang rendah, pinjaman dengan jaminan adalah pilihan yang tepat. Besar pinjaman yang diberikan juga sesuai dengan jaminan yang Anda beri. Sayangnya, pinjaman dengan jaminan membutuhkan waktu lebih lama dan lebih rumit karena pertimbangannya cukup banyak.

Sedangkan untuk pinjaman tanpa jaminan lebih mudah cair dan terbilang mudah dalam prosesnya. Akan tetapi bunga yang diberikan juga tidak sedikit dibandingkan dengan pinjaman dengan jaminan.

3. Menyiapkan Dokumen yang Diperlukan

Setelah menentukan jenis pinjaman yang diinginkan, Anda perlu menyiapkan beberapa dokumen penting seperti KTP, KK, rekening koran selama minimal 3 bulan, NPWP atau SPT, keterangan lengkap surat usaha, serta bukti transaksi dan dokumen penting terkait investasi. Diharapkan data-data yang diberikan lengkap dan benar.

Baca Juga: Penanaman Modal Asing: Tujuan, Syarat dan Prosedurnya

 

Itulah beberapa hal penting yang perlu Anda perhatikan sebelum mengajukan pinjaman modal usaha. Pastikan bahwa besar pinjaman yang diajukan sesuai dengan kemampuan perusahaan, ya. Semoga artikel ini bermanfaat!


July 6, 2022
WhatsApp-Image-2022-07-03-at-3.11.05-PM.jpeg

Rekonsiliasi bank merupakan kegiatan mencocokkan data saldo perusahaan dengan catatan informasi lainnya yang berkaitan dengan laporan perbankan. Atau secara sederhananya, adalah kegiatan mencocokkan data catatan transaksi berdasarkan nasabah (perusahaan) dan bank. 

Rekonsiliasi bank biasanya dilakukan setiap akhir bulan. Lalu kira-kira apa tujuannya dan bagaimana cara membuatnya ya? Yuk simak artikel ini sampai selesai untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. 

Tujuan Rekonsiliasi Bank

Rekonsiliasi bank dapat terjadi karena beberapa hal. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kegiatan ini merupakan kegiatan pencocokan data antara pihak perusahaan dan pihak bank. Biasanya setiap perusahaan akan memiliki akun di bank untuk menyimpan dan mengendalikan kas perusahaan. Dalam hal ini biasanya setiap perusahaan tidak hanya bergantung pada catatan bank, tapi  juga memiliki catatannya sendiri terkait dana masuk dan keluar secara mendetail.

Biasanya bank akan memberikan catatan atau laporan keuangan kepada perusahaan pada akhir bulan. Namun terkadang terjadi perbedaan catatan, seperti beban bank yang tidak disadari perusahaan, setoran perusahan yang dilakukan akhir bulan tapi tercatat di bulan selanjutnya, hingga kesalahan pencatatan dari salah satu pihak. 

Tujuan rekonsiliasi bank  adalah melakukan verifikasi atau pencocokan perbedaan data tersebut. Selain itu juga untuk mengecek ketelitian dalam pencatatan keuangan. Dengan begitu dari kedua belah pihak, perusahaan dan bank, mengetahui pengeluaran dan pemasukan secara mendetail dan benar. 

Lalu bagaimana kira-kira cara membuat rekonsiliasi bank?

Cara Membuat Rekonsiliasi Bank 

1. Lakukan perbandingan catatan bank dengan catatan perusahaan

Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah membandingkan catatan bank yang diberikan setiap akhir bulan dengan catatan perusahaan sendiri. Lalu lihat dengan seksama letak perbedaannya, mulai dari setoran, biaya layanan, transaksi pengeluaran dan pemasukan dan hal-hal lainnya. 

Ketika ditemukan beberapa perbedaan, maka jumlah saldo akhir dalam catatan bank dan catatan perusahaan akan berbeda. Hal-hal inilah yang kemudian menjadi perhatian penting. Kemudian kamu bisa melakukan pencatatan transaksi yang dilakukan oleh bank dan perbedaan-perbedaan tadi. 

Baca Juga: 3 Tahap Pencatatan Siklus Akuntansi Perusahan Jasa

2. Lakukan penelusuran lebih detail terkait transaksi yang sedang diproses

Agar dapat menemukan mengapa perbedaan catatan tersebut bisa terjadi, kamu perlu juga untuk mencatat transaksi yang sedang diproses. Bisa saja transaksi yang sedang diproses ini belum masuk ke catatan bank, tapi sudah masuk ke catatan perusahaan. Hal ini juga yang bisa menjadi salah satu alasan mengapa nominal kas berbeda. 

3. Buat lembar rekonsiliasi bank dan hitung selisih

Setelah mendapatkan catatan yang lengkap, maka sekarang kamu perlu membuat lembar rekonsiliasi. Dalam lembar ini nanti berisi selisih antara nominal catatan bank dan catatan perusahaan. Jika sudah tidak ada selisih, maka prosesnya sudah selesai. 

Namun jika masih terdapat selisih maka kamu harus melakukan pengecekan ulang dan menemukan perbedaan intinya. 

Nah itu dia ulasan mengenai tujuan rekonsiliasi bank dan cara pembuatannya. Semoga dapat memberikan pencerahan untuk kamu yang sedang bingung, ya!


July 4, 2022
WhatsApp-Image-2022-07-03-at-3.02.31-PM.jpeg

Return on Investment atau yang disingkat dengan ROI adalah perhitungan yang menunjukkan keefektifan atau profitabilitas dari suatu investasi dan bisa juga digunakan untuk membandingkan keefisienan sejumlah investasi yang berbeda. Itu sebabnya sangat penting untuk mengetahui fungsi dan cara menghitungnya dengan benar.

Fungsi

Ada beberapa fungsi ROI yang perlu kamu tahu karena mereka bermanfaat dalam pertimbangan rencana investasi. Beberapa fungsinya yaitu:

  • Digunakan untuk mengukur berbagai bentuk efisiensi seperti bagian produksi, distribusi, penjualan hingga penggunaan modal.
  • Tidak hanya mengukur efisiensi produksi saja tapi juga mampu mengukur efisiensi karyawan. Contohnya, setiap karyawan mendapat modal yang sesuai untuk digunakan pada pekerjaan mereka.
  • Memperkecil risiko kerugian secara materiil baik pada investor mau pun perusahaan.
  • Perhitungannya dapat dijadikan sebagai perbandingan dengan kompetitor sehingga perusahaan mengetahui kekuatan dan kelemahan di perusahaan.
  • Berguna dalam menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang didapat dari setiap produk.

Cara Menghitung ROI

Setelah memahami pengertian dan fungsinya, kini saatnya kamu mulai belajar cara menghitungnya. Mengetahui cara menghitung ini akan membantu kamu agar lebih paham saat berurusan dengan investasi, apalagi jika perusahaan terus mengalami perkembangan yang besar.

Untuk menghitungnya tidak memerlukan pengetahuan yang rumit karena perhitungan ini menggunakan rumus yang sederhana. Hal yang perlu kamu tahu adalah jumlah biaya investasi yang dikeluarkan dan pendapatan yang akan diterima. Agar lebih jelas, lihat rumus ROI berikut ini:

Return on Investment = (Pendapatan Investasi – Biaya Investasi Awal) : Biaya Investasi Awal × 100%.

Meski terlihat sederhana, kamu tetap harus teliti saat memasukkan angka ke dalam rumusnya. Karena bisa saja kamu menemukan perbedaan pada istilah meskipun mereka memiliki inti yang sama.

Selain itu, kamu juga bisa menentukan waktu pengembalian biayanya. Hal ini berguna untuk memberi batasan pada perhitungan sehingga perkiraan terhadap pendapatanmu bisa diketahui dengan jelas.

Baca Juga: Investasi: Mengenal Pengertian, Jenis dan Tujuannya 

Contoh Kasus

Kalau kamu masih belum paham dengan rumus di atas, maka kamu bisa belajar lebih lanjut lewat contoh kasus. Contoh kasus ini akan membantu kamu mengetahui cara menerapkan rumus dengan baik dan benar. Lihatlah contoh kasusnya di bawah ini.

Perusahaan A melakukan investasi senilai Rp 200 juta pada perusahaan B yang bergerak di bidang penjualan pakaian. Kemudian perusahaan A mendapat keuntungan penjualan atas investasi tersebut yang berjumlah Rp 250 juta. Maka cara menghitung Return on Investment-nya adalah:

Return on Investment = (Rp 250 juta – Rp 200 juta) : 200 juta × 100%

= 50 juta : 200 juta × 100%

= 0,25 atau 25%

Dari hasil perhitungan itu bisa dilihat jika tingkat Return of Investmet yang didapat oleh perusahaan adalah 25%. Kamu tinggal menerapkan rumus tersebut pada jenis investasi lain sebagai bahan pertimbangan sebelum memulai investasi.

Kesimpulan

Setelah membaca penjelasan di atas, kini kamu sudah tahu fungsi dan cara menghitung ROI yang benar. Dengan ini, kamu dapat menganalisis setiap investasi yang akan dilakukan dan mampu memilih investasi yang tepat.


June 20, 2022
WhatsApp-Image-2022-06-19-at-4.08.28-PM.jpeg

Dalam dunia investasi ada istilah yang sering kali ditemui, yaitu Return on Asset. Istilah yang biasa disingkat menjadi ROA ini kerap muncul dalam laporan keuangan perusahaan dan menjadi sumber informasi bagi para investor. Hubungannya dengan investasi membuat pengetahuan tentang ROA wajib untuk diketahui oleh pengusaha mau pun investor. Berikut ini ada penjelasan dari pengertian dan faktor yang mempengaruhinya dengan lengkap.

Pengertian

ROA adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kapasitas perusahaan dalam mendapatkan laba dari aset atau aktiva yang digunakan. Investor, analis, dan manajemen perusahaan dapat menggunakan ROA untuk menentukan apakah perusahaan sudah menggunakan aset dengan efisien untuk menghasilkan laba.

Biasanya, hasil perhitungan ROA dinyatakan dalam bentuk persentase. Bila ROA memiliki hasil yang tinggi tandanya perusahaan telah efisien dalam mengelola aset untuk mendapat keuntungan. Sedangkan hasil ROA yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan harus melakukan perbaikan.

Cara Menghitung Return on Asset

Hal yang perlu diketahui untuk menghitung ROA adalah pendapatan bersih atau laba bersih dan total aset. Setelah mengetahui jumlah keduanya, bagi pendapatan bersih dengan total aset. Agar lebih jelas, lihat rumus ROA berikut ini:

ROA = Pendapatan atau laba bersih (pendapatan setelah pajak) : Total Aset

Baik atau buruknya manajemen perusahaan dapat dilihat dari tinggi dan rendahnya hasil perhitungan ROA dengan rumus di atas. Bila hasil persentasenya tinggi tandanya semakin baik juga penggunaan aset oleh perusahaan.

Baca Juga: Revaluasi Aset Tetap: Pengertian, Fungsi Hingga Aturan Pajaknya

Faktor yang Mempengaruhi ROA

Ada tiga faktor yang mempengaruhi ROA. Penjelasan yang lebih jelas bisa dilihat di bawah ini:

1. Perputaran Kas atau Cash Turnover

Perputaran kas ini digunakan untuk mengukur ketersediaan kas yang diperlukan oleh perusahaan dalam membiayai kegiatan penjualan dan membayar tagihan. Menghitung tingkat perputaran kas juga dapat menunjukkan tingkat efisiensi yang diperoleh perusahaan dalam usaha memanfaatkan kas yang ada guna mencapai tujuan perusahaan.

2. Perputaran Piutang atau Receivable Turnover

Perputaran piutang dapat dipakai untuk mengukur seberapa lama penagihan piutang dalam satu periode. Data yang diperoleh juga bisa mengukur berapa kali dana yang dapat ditanamkan pada piutang itu berputar selama satu tahun. Dari perputaran piutang perusahaan bisa mengukur tingkat keberhasilan kebijakan penjualan kredit mereka.

Rendah dan tingginya perputaran piutang bergantung pada kecil dan besarnya modal yang ditanam dalam piutang. Semakin tinggi perputaran piutangnya, semakin baik juga kualitas piutangnya.

3. Perputaran Persediaan atau Inventory Turnover

Persediaan merupakan unsur aktiva lancar dan juga bagian dari unsur aktif kegiatan perusahaan serta dapat diperoleh, diubah, hingga dijual kepada pembeli secara terus menerus. Bila perputaran persediaannya baik maka pengembalian kas dari penjualan jadi lebih cepat.

Perputaran persediaan yang dijalankan dengan bertahap bisa melancarkan kegiatan perusahaan mulai dari melakukan produksi sampai penyaluran produk ke konsumen akhir. Modal yang dibutuhkan akan semakin rendah dengan tingginya perputaran persediaan.

Tadi itu adalah penjelasan lengkap mengenai Return on Asset mulai dari pengertian, cara hitung, sampai faktor yang mempengaruhinya. Kamu tinggal menerapkannya pada bisnis yang dijalani.