Break Even Point (BEP): Pengertian dan Cara Hitungnya

March 25, 2021by Admin dua
WhatsApp-Image-2021-03-21-at-7.39.47-AM.jpeg

Dalam berbisnis, ada saat dimana biaya yang kita keluarkan dalam mengoperasikan bisnis menemui “titik impas”. Kondisi seperti ini dalam ilmu manajemen keuangan disebut dengan Break Even Point atau disingkat BEP.

Singkatnya begini, BEP adalah dimana biaya operasional yang digunakan sama besarnya dengan pendapatan yang didapat.

Kondisi keuangan yang Anda keluarkan untuk bisnis tidak untung maupun rugi sehingga berada di posisi yang seimbang.

Untuk lebih lengkapnya mengenai Break Even Point atau BEP mari simak penjelasan singkat berikut ini.

 

Pengertian Break Even Point

Masih banyak orang yang menyalah-artikan bahwa Break Even Point (BEP) merupakan balik modal. Padahal balik modal dan Break Even Point memiliki definisi yang berbeda.

Dalam istilah akuntansi, balik modal bisa diartikan sebagai return of investment dimana yang dihitung adalah modal yang Anda keluarkan untuk menjalankan bisnis sehingga mampu memberikan keuntungan pada jangka waktu tertentu.

Sedikit berbeda dengan balik modal, Break Even Point lebih memerhatikan besaran biaya operasional yang dikeluarkan berdasarkan aktiva tetap dan tidak tetap.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Break Even Point atau BEP merupakan titik dimana jumlah pendapatan sama dengan jumlah pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang/jasa atau yang disebut dengan titik impas.

Lebih jelasnya, Harahap pada bukunya Analisis atas Laporan Keuangan (2004) menjelaskan bahwa BEP merupakan kondisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Itu artinya semua biaya yang dikeluarkan untuk operasi produksi bisa ditutupi oleh pendapatan dari penjualan produk.

Baca Juga: 5 Jenis Laporan Keuangan dan Pengertiannya

 

Fungsi Perhitungan Break Even Point (BEP)

Berbeda dengan return of investment dimana berfungsi sebagai analisis seberapa efisiensi penggunaan modal yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha, analisis BEP membantu bagaimana perusahaan bisa mengefisiensikan produksinya untuk mencapai laba yang optimal.

Adapun fungsi atau tujuan perhitungan Break Even Point (BEP) sebagai berikut.

  1. Pengusaha mampu menentukan volume kapasitas produksi yang tersisa setelah BEP tercapai hal ini akan membantu perusahaan memproyeksikan laba maksimumnya.
  2. Pengusaha bisa menentukan langkah efisiensi kerja yang bisa dilakukan. Contohnya, mengurangi beban yang dianggap tidak perlu.
  3. Mengetahui perubahan nilai laba jika terjadi perubahan harga produk. Hal ini karena nilai BEP dengan harga produk dan laba memiliki hubungan linier. Itu artinya jika salah satu nilai tinggi maka elemen lainnya juga tinggi.
  4. Mampu mengetahui perubahan laba sehingga perusahaan bisa mengantisipasi nilai kerugian ketika terjadi penurunan penjualan.
  5. Pengusaha dapat menentukan margin untuk memperoleh keuntungan.

Intinya, adanya perhitungan BEP ini adalah sebagai pedoman bagi pengusaha untuk mengefisiensikan produksi untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.

Pengusaha bisa menetapkan kebijakan-kebijakan ekonomis bagi bisnisnya pada periode mendatang. Pengusaha juga menjadi lebih jeli dalam memberikan inovasi pada produk-produknya.

 

Komponen Pembentuk Break Even Point

Tentu tidak lengkap jika membahas perhitungan BEP tanpa mengetahui komponen pembentuknya.

Ada empat komponen pembentuk perhitungan Break Even Point (BEP) yaitu biaya tetap, biaya variabel, harga jual, dan pendapatan. Berikut penjelasannya.

Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap atau fixed cost merupakan biaya yang nilainya tidak berubah meski ada perubahan operasional bisnis.

Perubahan yang dimaksud adalah ada atau tidaknya aktivitas operasional perusahaan untuk memproduksi barang pada periode tertentu. Misalnya biaya tenaga kerja, biaya sewa, atau biaya penyusutan peralatan.

Biaya Variabel (Variable Cost)

Berbeda dengan biaya tetap, biaya variabel nilainya berubah-ubah sesuai dengan kapasitas produksi. Biaya variabel bisa saja meningkat atau menurun sesuai dengan permintaan.

Misalnya biaya bahan baku, biaya transportasi, atau biaya lainnya yang berkaitan langsung dengan kapasitas produksi.

Harga Jual (Price)

Harga jual merupakan besaran harga setelah menentukan seluruh biaya produksi ditambah dengan nilai keuntungan atau margin. Harga jual biasanya dihitung per-unit setelah produksi.

Pendapatan (Revenue)

Pendapatan atau penghasilan merupakan perhitungan hasil yang didapat dari penjualan. Jumlah pendapatan didapat dari harga jual dikalikan dengan jumlah produk yang terjual.

Nilai pendapatan berfungsi untuk proyeksi pendapatan pada periode selanjutnya dengan nilai keuntungan dan/atau jumlah unit dan harga yang berbeda.

 

Perhitungan Break Even Point (BEP)

Break Even Point atau BEP umumnya dapat dihitung menggunakan tiga metode; metode persamaan, metode margin kontribusi dan metode grafik.

Meskipun memiliki perbedaan bentuk atau variasi analisis, namun pada dasarnya hasil akhirnya tetap sama.

Berikut penjabaran metode perhitungan Break Even Point.

Metode Persamaan

Metode persamaan merupakan metode yang digunakan berdasarkan laporan laba rugi.

Rumus pertama digunakan untuk mengetahui berapa unit jumlah barang/jasa yang harus diproduksi untuk mencapai BEP yaitu:

BEP (unit) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (Harga Jual Per Unit Produk – Biaya variabel setiap unit produk

Rumus kedua adalah untuk mengetahui berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas. Adapun rumusnya sebagai berikut.

BEP (rupiah) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (1 – Biaya Variabel Setiap Unit Produk / Harga Jual Per Unit)

atau

BEP (Satuan Rupiah) = (Biaya Tetap / Harga Jual Per Unit – Biaya Variabel) x Harga Jual per Unit

BEP untuk produk ganda

BEP Produk Ganda = Biaya Tetap (Fixed Cost) / [(1 – v/c) x Wi]

Dimana v/c merupakan perbandingan variable cost atau biaya variabel dan harga jual.

Sedangkan Wi menyatakan persentase dari total penjualan tiap produk dalam rupiah atau bisa disebut dengan bobot kontribusi margin.

Pada keadaan BEP laba operasionalnya sama dengan nol sehingga menghasilkan jumlah produk yang dijual mencapai BEP ditambah biaya tetap.

Metode Kontribusi Unit

Metode kontribusi unit merupakan metode berdasarkan jumlah margin kontribusi. Margin kontribusi sendiri adalah selisih antara pendapatan dari hasil penjualan dengan biaya variabel.

Dengan menggunakan metode ini, pengusaha dapat mengetahui berapa keuntungan dari suatu produk yang berhasil dijual dengan mengukur hasil dari penjualan terhadap keuntungan.

Margin kontribusi unit = Pendapatan – Biaya variabel (Variable Cost)

Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi / Penjualan

Berdasarkan dasar rumus di atas akan menghasilkan rumus:

BEP (Unit) = Biaya Tetap / Margin Kontribusi per Unit

atau

BEP = Biaya Tetap / (Harga Jual – Biaya variabel)

Sedangkan untuk satuan rupiah:

BEP (Satuan Rupiah) = Biaya Tetap / Rasio Margin Kontribusi

Metode Grafik

Selain dengan metode persamaan, BEP atau Break Even Point dapat digambarkan melalui metode grafik.

Grafis BEP akan menunjukkan volume penjualan pada sumbu x atau garis horizontal dan biaya akan terletak pada sumbu y atau garis vertikal.

Nah, titik impas atau BEP terletak pada perpotongan antara garis volume penjualan dan garis biaya.

Untuk lebih jelasnya, Anda bisa melihat grafik di bawah ini.

Contoh grafik Break Event Point

Pada grafik tersebut, irisan pada sebelah kiri garis BEP merupakan sisi kerugian (loss) dan sebelah kanan merupakan sisi laba (profit).

Grafik BEP mampu mempermudah pengusaha untuk melihat dan mengevaluasi perubahan volume tahun lalu dan memproyeksikan volume penjualan pada tahun selanjutnya.

Menurut Henry Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen (2012), melalui grafik BEP, hal yang penting bagi pengusaha untuk diperhatikan adalah selama harga jual melebihi biaya variabel, maka penjualan yang lebih banyak akan menguntungkan perusahaan baik dengan meningkatkan laba atau mengurangi kerugian.

Sehingga penting bagi perusahaan tetap beroperasi untuk mencegah kerugian yang lebih besar lagi.

 

Contoh Perhitungan Break Even Point (BEP)

Untuk membuktikan dan bisa lebih memahami analisis titik impas atau BEP, Anda bisa melihat contoh soal berikut ini.

Contoh:

Sebuah perusahaan yang memproduksi peralatan rumah tangga ingin mengetahui berapa unit yang harus diproduksi agar mencapai BEP atau titik impas.

Biaya tetap produksinya Rp 100.000.000 dan biaya variabel atau tidak tetap per-unit sebesar Rp 250.000. Harga jual per-unitnya sebesar Rp 500.000. 

Berapakah unit yang harus diproduksi agar perusahaan tersebut mencapai BEP?

Diketahui:

Biaya tetap produksi (Fixed Cost): Rp 100.000.000

Biaya variabel per unit: Rp 250.000

Harga jual per unit: Rp 500.000

Menghitung BEP dalam Unit maka persamaan yang digunakan adalah:

BEP (unit) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (Harga Jual Per Unit Produk – Biaya variabel setiap unit produk

BEP (Unit) = 100.000.000 / (500.000 – 250.000)

BEP (Unit) = 100.000.000 / 250.000

BEP (Unit) = 400 unit

Jadi, perusahaan tersebut harus memproduksi peralatan rumah tangga sebanyak 400 unit mencapai Break Even Point (BEP).

Untuk perhitungan berapa rupiah agar mencapai BEP maka;

BEP (Rupiah) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (1 – Biaya Variabel Setiap Unit Produk / Harga Jual Per Unit)

BEP (Rupiah) = 100.000.000 / (1 – 250.000/500.000)

BEP (Rupiah) = 100.000.000 / (1 – 1/2)

BEP (Rupiah) = Rp 200.000.000

Jadi, perusahaan tersebut harus bisa mencapai penjualan sebesar Rp 200.000.000 untuk mencapai titik impasnya.

Tidak sampai di situ, melalui perhitungan tersebut perusahaan bisa memproyeksikan target laba yang diinginkan menggunakan rumus:

BEP – Laba = (Biaya Tetap + Target Laba) / (Harga Jual Per Unit – Biaya Variabel)

Katakanlah perusahaan tersebut menargetkan laba sebesar Rp 50 juta per bulan maka,

BEP – Laba = (100.000.000 + 50.000.000) / (500.000 – 250.000)

BEP – Laba = 150.000.000 / 250.000

BEP – Laba (untuk target unit) = 600 unit

BEP – Laba (untuk target penjualan) = (jumlah unit x harga jual) = 600 x Rp 500.000 = Rp 300.000.000

Untuk membuktikan bahwa penjualan 600 unit bernilai Rp 300.000.000, perusahaan mendapatkan laba sebesar Rp 50 juta, maka bisa menggunakan metode berikut.

= Penjualan – (Biaya Tetap + Total Biaya Variabel)

= 300.000.000 – (100.000.000 + (600 unit x 250.000))

= 300.000.000 – 250.000.000

= Rp 50.000.000

Baca Juga: Laporan Keuangan UKM, Hal-Hal yang Wajib Anda Ketahui

Kesimpulan

BEP atau Break Even Point atau titik impas merupakan komponen keuangan dimana pengusaha mampu memproyeksikan berapa unit produk yang harus dijual atau berapa rupiah keuntungan yang harus dicapai agar berada di titik impasnya.

Hal ini tentu berguna bagi perusahaan untuk memproyeksikan langkah-langkah yang akan diambil dalam aktivitas penjualan mulai dari inovasi, variasi produk, hingga hal-hal yang bersifat operasional agar perusahaan mampu mencapai keuntungan yang optimal.

Admin dua

Send this to a friend