8 Metode Penetapan Harga Berdasarkan Biaya & Pasar

August 24, 2021by Admin dua
WhatsApp-Image-2021-08-22-at-5.51.05-AM.jpeg

Setiap bisnis memiliki berbagai pilihan dalam menentukan metode penetapan harga. Harga yang didasarkan pada tiga hal utama yaitu biaya produksi, permintaan, dan persaingan. Namun sayang, banyak bisnis yang menetapkan harga tanpa banyak pertimbangan. 

Oleh karena itu, artikel ini akan membantu bisnis Anda untuk memilih salah satu metode berdasarkan produk atau layanan yang Anda berikan.

Umumnya, metode penetapan harga dapat secara luas diklasifikasikan menjadi dua bagian:

  • Metode Penetapan Harga Berdasarkan Biaya
  • Metode Penetapan Harga Berdasarkan Pasar

Berikut penjelasan lebih lanjut.

 

A. Metode Penetapan Harga: Biaya (Cost Oriented Pricing)

 

Banyak bisnis menganggap biaya produksi sebagai dasar untuk menghitung harga barang jadi. Metode penetapan harga berorientasi biaya mencakup cara penetapan harga berikut:

 

 

1. Cost-Plus Pricing 

 

Metode ini adalah metode penetapan harga paling sederhana. Produsen menghitung biaya produksi yang dikeluarkan dan menambah persentase tertentu dari markup untuk merealisasikan harga jual.

Markup adalah persentase keuntungan yang dihitung dari total biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Contoh:

Jika Harga Pokok Produksi produk-A adalah Rp 5000 dengan markup 25% dari total biaya, harga jual akan dihitung sebagai berikut.

= Harga pokok produksi + Harga Pokok Produksi x Markup Persentase/100

= 5000+ 5000 x 0,25= 6250

Jadi, sebuah bisnis memperoleh laba sebesar Rp 125 (Laba = Harga jual – Harga pokok)

 

2. Markup Pricing

 

Metode ini adalah variasi biaya ditambah penetapan harga dengan persentase markup dihitung pada harga jual.

Contoh:

Jika biaya per unit sebuah coklat adalah Rp16.000 dan produsen ingin mendapatkan markup 20% dari penjualan maka harga markup adalah:

= Biaya Satuan/ 1 laba atas penjualan yang diinginkan

= 16.000/1-0,20 = 20.000

Jadi, produsen akan membebankan Rp20.000 untuk satu cokelat dan akan memperoleh keuntungan Rp4.000 per unit.

 

3. Target Return Pricing

 

Dalam metode penetapan harga semacam ini, bisnis menetapkan harga untuk menghasilkan Tingkat Pengembalian Investasi atau ROI yang diperlukan dari penjualan barang dan jasa. 

Contoh:

Jika produsen sabun menginvestasikan Rp1.000.000 dalam bisnis dan mengharapkan ROI 20% yaitu Rp 200.000, maka perhitungannya:

= Biaya Unit + (Pengembalian yang Diinginkan x modal yang diinvestasikan)/ penjualan unit 

= 16 + (0,20 x 100000)/5000 Target Return Pricing = Rp 20.000

Dengan demikian, produsen akan mendapatkan 20% ROI asalkan biaya dan unit penjualan akurat. Jika penjualan tidak mencapai 50.000 unit maka pabrikan harus menyiapkan grafik titik impas dimana ROI yang berbeda dapat dihitung pada unit penjualan yang berbeda.

 

Baca Juga: Apa itu Akuntansi Manajemen? Bagaimana Fungsi dan Tujuan Akuntansi Manajemen?

 

B. Metode Penetapan Harga: Pasar (Market Oriented Pricing Method)

 

Dalam metode ini, harga dihitung berdasarkan kondisi pasar. Berikut penjelasan lebih lanjutnya.

 

1. Perceived-Value Pricing

 

Dalam metode penetapan harga ini, produsen memutuskan harga berdasarkan persepsi pelanggan terhadap barang dan jasa dengan mempertimbangkan semua elemen seperti iklan, promosi, manfaat, kualitas produk, saluran distribusi, dll yang mempengaruhi persepsi pelanggan.

Contoh: 

Pelanggan membeli produk Sony meskipun produk dengan harga lebih murah tersedia di pasar, hal ini karena perusahaan Sony mengikuti kebijakan penetapan harga yang dipersepsikan di mana pelanggan bersedia membayar ekstra untuk kualitas dan daya tahan produk yang lebih baik.

 

 

2. Value Pricing

 

Dengan metode penetapan harga ini, bisnis merancang produk dengan harga rendah dan mempertahankan penawaran berkualitas tinggi.  Produk direkayasa ulang untuk mengurangi biaya produksi dan menjaga kualitas secara bersamaan.

Contoh:

Tata Nano adalah contoh terbaik dari metode yang satu ini. Beberapa mobil Tata dirancang dengan fitur terbaik dengan harga rendah dan tetap memenuhi kualitasnya. 

 

 

3. Going Rate Pricing

 

Dalam metode ini, bisnis mempertimbangkan harga pesaing sebagai dasar dalam menentukan harga penawarannya sendiri. Umumnya, harga kurang lebih sama dengan harga pesaing.

Contoh:

Di Industri Oligopolistik seperti baja, kertas, pupuk, dll, harga yang dikenakan hampir semua sama.

 

 

4. Auction Type Pricing

 

Metode penetapan jenis ini semakin populer dengan semakin banyaknya penggunaan internet. Beberapa situs online seperti eBay, Quikr, OLX, dll. menyediakan platform bagi pelanggan untuk membeli atau menjual komoditas. Ada tiga jenis lelang:

 

  • English Auctions: Ada satu penjual dan banyak pembeli. Penjual menempatkan barang di situs seperti Yahoo dan penawar menaikkan harga sampai harga terbaik tercapai.

 

  • Dutch Auctions: Ada satu penjual dan banyak pembeli atau satu pembeli dan banyak penjual. Dalam kasus pertama, harga terbaik diumumkan dan kemudian perlahan-lahan turun sesuai dengan penawar sedangkan pada jenis kedua pembeli mengumumkan produk yang ingin dibeli kemudian calon penjual bersaing dengan menawarkan harga terendah.
  • Sealed-Bid Auctions: Metode semacam ini sangat umum dalam kasus pembelian di pemerintahan, di mana tender mengambang di pasar, dan calon pemasok mengajukan penawaran mereka dalam amplop tertutup, tidak mengungkapkan penawaran kepada siapa pun.

 

 

 

 

5. Differential Pricing

 

Metode penetapan harga ini diterapkan ketika harga yang berbeda harus dibebankan dari kelompok pelanggan yang berbeda. Harga juga dapat bervariasi sehubungan dengan waktu, area, dan bentuk produk.

Contoh:

Contoh terbaik dari metode ini adalah Air Mineral. Harga air mineral bervariasi di hotel, stasiun kereta api, toko ritel.

 

Demikian penjelasan kami mengenai metode penetapan harga. Anda dapat mengadopsi salah satu metode penetapan harga ini tergantung pada jenis produk yang ditawarkan dan tujuan akhir penetapan harga. Semoga dapat membantu.

Admin dua

Send this to a friend