Pengertian Inventory Turnover & Cara Menghitung Rasionya

July 7, 2021by Admin dua
WhatsApp-Image-2021-07-04-at-8.11.42-AM-1.jpeg

Dalam berbisnis, pengusaha perlu memahami dalam mengelola persediaan yang akan dijual agar tidak tertimbun melalui analisis inventory turnover ratio. Memahami analisis inventory turnover berguna agar persediaan penjualan mampu berputar secara efektif dan efisien.

Jadi, apa itu inventory turnover dan bagaimana perhitungan analisisnya? Mari simak artikel berikut ini.

Apa itu Inventory Turnover?

Pertama-tama, apa sih sebenarnya inventor turnover itu?

Secara bahasa, inventory turnover atau biasa disebut stock turn ini memiliki arti sebagai perputaran persediaan.

Perputaran yang dimaksud adalah seberapa cepat atau sering persediaan dapat dijual dan tersedia kembali untuk dijual dalam satu periode jual.

Menurut Investopedia, inventory turnover digunakan untuk mengukur seberapa cepat perusahaan mampu menjual persediaan dalam periode tertentu dan membandingkannya dengan rerata industri.

Rasio inventory turnover yang rendah menandakan rendahnya penjualan dan memungkinkan adanya kelebihan persediaan.

Sebaliknya, jika rasio tinggi menandakan bahwa terjadinya tingkat penjualan yang tinggi.

Pentingnya Memahami Rasio Inventory Turnover

Ada beberapa hal kenapa Anda harus melakukan perhitungan rasio inventory turnover, yaitu:

1. Membantu Perusahaan Mengetahui Posisi Keuangan

Ada banyak tools keuangan yang bisa memahami bagaimana posisi keuangan bisnis Anda, salah satunya adalah rasio inventory turnover.

Menurut Francesca Nicasio dalam artikelnya Inventory Turnover 101: What It Is and How to Get it Right, rasio perputaran persediaan mampu memberikan gambaran bagi perusahaan bagaimana mereka bisa mencapai Key Performance Indicator (KPI).

Berapa banyak barang yang berhasil dijual pada satu periode tertentu? Apakah memenuhi KPI yang telah ditetapkan?

Di sisi lain, rasio inventory turnover juga membantu bank untuk mengetahui seberapa lancar aset yang dimiliki perusahaan.

Misalnya ketika perusahaan melakukan pinjaman ke bank. Mereka ingin tahu apakah produk yang akan dijual memiliki likuiditas yang tinggi sehingga perusahaan mampu membayar hutang pada waktu yang ditentukan.

2. Membantu Perusahaan dalam Mengambil Keputusan Bisnis

Memahami rasio inventory turnover juga membantu perusahaan dalam mengambil keputusan bisnis berikut:

  • Berapa pinjaman yang akan diajukan kepada bank?
  • Barang apa saja yang harus diproduksi dalam satu periode tertentu?
  • Kapan waktu yang tepat untuk membeli bahan baku atau persediaan kepada vendor?
  • Strategi marketing seperti apa sehingga barang yang ditentukan cepat keluar dari persediaan?
  • Strategi pricing yang akan digunakan untuk menjual barang tersebut?

Dengan mengetahui inventory turnover, perusahaan mampu meningkatkan efektivitas barang sehingga mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Di samping itu, perusahaan mampu membandingkan bisnis lain di industri yang sama.

Apakah efisiensi operasional berdasarkan inventory turnover ratio dengan perusahaan lain sama, di bawah, atau melampaui berdasarkan rerata yang ditetapkan industri.

sehingga perusahaan mampu mendapatkan gambaran apa yang harus dilakukan perusahaan untuk meningkatkan keunggulan bisnis.

3. Mampu Menghemat Pengeluaran

Memahami rasio inventory turnover juga membantu perusahaan mengefisiensikan pengeluaran untuk memproduksi atau membeli persediaan.

Barang yang disimpan juga membutuhkan biaya. Apabila disimpan terlalu lama, maka beban biaya perusahaan juga akan meningkat.

Sebaliknya, pada waktu tertentu jika perputaran persediaan terlalu tinggi juga akan merugikan perusahaan.

Perusahaan akan sulit memenuhi permintaan, biaya transportasi yang tinggi, hingga adanya panic buying yang mampu merugikan perusahaan itu sendiri.

 

Baca Juga: Istilah Manajemen Persediaan beserta Metode dan Fungsinya

Cara Menghitung Inventory Turnover

Setelah memahami bagaimana pentingnya mengetahui rasio inventory turnover, mari simak bagaimana cara menghitungnya.

Ada beberapa rumus yang bisa digunakan untuk menganalisis inventory turnover.

Pertama adalah dimana harga pokok penjualan dibagi dengan rerata persediaan yang ada.

Jika digambarkan pada rumus akan seperti ini:

Rasio Inventory Turnover = HPP (Harga Pokok Penjualan) / Rata-Rata Barang Persediaan

Nilai rata-rata barang persediaan dapat dicari dengan membagi dua persediaan di awal periode ditambah perubahan persediaan di akhir periode.

Jika digambarkan pada rumus akan seperti ini:

Rata-rata Barang Persediaan = Persediaan di Awal Periode + Persediaan di Akhir Periode / 2

Setelah mengetahui rasio inventory turnover, perusahaan juga perlu mengetahui rata-rata waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengubah persediaan.

Istilah ini juga disebut dengan Days Sales of Inventory (DSI), dengan rumus:

DSI = 365 hari / Inventory turnover 

atau

DSI = (Rata-Rata Persediaan / Harga Pokok Penjualan) x 365 hari

Contoh Sederhana Perhitungan Rasio Inventory Turnover

Untuk menyederhanakan perhitungan, contoh berikut akan menggunakan sistem just in time yang berarti barang akan dibuat sesuai dengan permintaan pada waktu tertentu.

Sebuah perusahaan bernama PT Maju Jaya memiliki laporan penjualan di tahun 2019 dan 2020 yang digambarkan dalam tabel sederhana berikut ini.

 

2019 2020
Penjualan Rp2.000.000 Rp2.500.000
Harga Pokok Penjualan Rp900.000 Rp1.000.000
Persediaan Awal Periode 200.000 300.000
Persediaan Akhir Periode 50.000 200.000

 

Berapa rasio inventory turnover (perputaran persediaan) dari masing-masing persediaan barang PT Maju Jaya?

 

  1. Rasio Perputaran Persediaan tahun 2019

 

= 900.000 / ((200.000 + 50.000) / 2) = 7.2

Days Sales of Inventory tahun 2019 = 365 / 7.2 = 51 hari

  1. Rasio Perputaran Persediaan tahun 2020 

= 1.000.000 / ((300.000 + 200.000) / 2) = 4

Days Sales of Inventory tahun 2020 = 365 / 4 = 91 hari

Jika dilihat dari perhitungan tersebut, perputaran persediaan di tahun 2020 memiliki rasio perputaran yang semakin kecil dan jumlah hari dalam memutar persediaan juga semakin besar yaitu dari 51 hari menjadi 91 hari.

Hal ini juga menegaskan bahwa semakin besar rasio inventory turnover maka semakin baik.

Namun apakah rasio inventory turnover yang tinggi menjadi tanda bahwa perputaran persediaan sebuah perusahaan menjadi sehat?

Inventory Turnover Rate yang Ideal

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, rasio perputaran persediaan atau inventory turnover rate mengacu pada industri di bisnis yang sama.

Sehingga rasio perputaran persediaan pada industri yang berbeda juga jelas akan berbeda.

Misalnya industri beras dan industri fashion.

Industri beras yang notabenenya menjadi kebutuhan pokok jelas memiliki permintaan yang cukup tinggi dan stabil.

Sehingga tingkat turnover yang rendah tidak menjadi masalah bagi industri beras.

Berbeda pada industri fashion yang sangat bergantung pada musim, tren, atau mode di bulan tertentu yang berubah-ubah sehingga perputaran barang yang tinggi menjadi nilai lebih.

Industri lain yang membutuhkan rasio inventory turnover yang tinggi adalah barang mentah, barang mudah rusak, atau barang-barang yang tidak bertahan lama lainnya jika disimpan pada waktu yang lama.

Lantas berapa rasio ideal dari sebuah inventory rate?

Dilansir dari Skubana, idealnya perusahaan melakukan perputaran persediaan berkisar antara 1 hingga 2 bulan.

Jika dirasiokan, maka angka yang paling ideal adalah 5 hingga 10. Namun beberapa sumber juga menyebutkan angka yang paling ideal adalah 4 hingga 7.

Namun menurut Quickbooks, angka ideal dari sebuah inventory turnover rate bisa dicari menggunakan rumus berikut:

Inventory Turnover Rate x Gross Profit Margin (%)

Jika hasil persentase di bawah 100%, maka perputaran persediaan bisa dikatakan ideal.

Cara Meningkatkan Rasio Inventory Turnover

Ada beberapa cara untuk meningkatkan rasio inventory turnover. Di antaranya sebagai berikut:

1. Lakukan Pivot pada Strategi Bisnis Anda

Hal pertama yang dilakukan adalah mengatur ulang strategi bisnis yang sudah ada salah satunya mengatur ulang bagaimana Anda menyusun strategi penjualan.

Seperti yang diketahui strategi marketing atau penjualan akan sangat mempengaruhi bagaimana persediaan barang Anda berputar.

Contoh: Meningkatkan retensi konsumen, meningkatkan kualitas SDM, dan mengatur ulang strategi harga.

2.Perbaiki Sistem Manajemen Stok Barang

Kedua, perusahaan harus mampu mengidentifikasi masalah pada manajemen stok barang.

Perusahaan.

Perusahaan juga dituntut untuk bisa membaca kondisi pasar sehingga mampu memprediksi persediaan barang pada periode tertentu.

Cara lainnya adalah dengan memberikan kategori pada setiap stok barang. Mana yang harus keluar terlebih dahulu, mana barang yang memiliki usia produk lebih lama, atau barang yang memiliki permintaan tertinggi.

3. Andalkan Teknologi

Perusahaan juga bisa mengandalkan teknologi terkait supply chain management atau teknologi akuntansi.

Dengan menggunakan teknologi, perusahaan bisa dengan mudah memperhitungkan persediaan secara otomatis bahkan terintegrasi.

Hal ini karena masalah pada persediaan barang kerap kali muncul dari human error dan penggunaan teknologi menjadi jawabannya.

4. Gaet Konsultan Keuangan

Terakhir, Anda bisa meminta pihak ketiga seperti konsultan keuangan.

Dengan menggunakan konsultan keuangan, Anda bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas terkait kondisi bisnis terutama keuangan Anda saat ini.

Salah satu konsultan keuangan yang bisa Anda percaya adalah Rusdiono Consulting.

Selain sebagai konsultan keuangan, Rusdiono Consulting juga berperan sebagai jasa konsultan pajak yang siap mendampingi Anda dalam mengelola pajak.

Admin dua

Send this to a friend