Pengertian EBITDA, Manfaat, dan Cara Menghitungnya

March 15, 2021by Admin dua
WhatsApp-Image-2021-03-14-at-7.55.06-AM.jpeg

Dalam mengukur performa bisnis atau keuangan sebuah perusahaan, banyak alat ukur yang digunakan salah satunya adalah EBITDA.

Istilah EBITDA sebenarnya tidak asing apabila Anda seorang manajer keuangan. Namun istilah ini cukup asing bagi sebagian orang.

Sebenarnya apa itu EBITDA dalam laporan keuangan sebuah perusahaan? Bagaimana rumusnya dan kapan alat ukur ini bisa digunakan?

Untuk mengetahui lengkap tentang alat ukur keuangan tersebut, simak penjelasan berikut.

 

Pengertian EBITDA

EBITDA adalah akronim dari Earning Before Interest, Tax, Depreciation, and Amortization atau dalam bahasa Indonesia merupakan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.

Umumnya, secara sederhana perusahaan hanya menghitung laba sebelum bunga dan pajak saja. Namun pebisnis biasanya menggunakan EBITDA untuk melihat gambaran keuangan perusahaan yang lebih “besar” karena terdapat faktor depresiasi dan amortisasi.

Selain itu, perhitungan EBITDA biasanya digunakan oleh perusahaan yang memiliki keuntungan yang tidak begitu besar atau perusahaan yang baru berkembang untuk menyiasati laporan keuangan yang nantinya disajikan kepada investor.

Oleh karena itu, EBITDA tidak termasuk dalam General Accepted Accounting Principle (GAAP) atau praktik akuntansi dasar.

Perhitungan menggunakan EBITDA dinilai sangat fleksibel karena setiap perusahaan memiliki faktor perhitungan yang berbeda-beda.

 

Perbedaan EBIT dan EBITDA

Perbedaan EBIT dan EBITDA adalah terdapat pada subyektifitas bisnis salah satunya yang berasal dari biaya depresiasi dan amortisasi.

Jika EBIT merupakan perhitungan laba operasional, EBITDA lebih memperhitungkan hal-hal yang sifatnya lebih aktual.

EBIT biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan capital-intensive seperti perusahaan manufaktur atau minyak dan gas.

Sedangkan EBITDA biasanya digunakan oleh perusahaan yang masih berkembang atau perusahaan yang memiliki keuntungan tidak terlalu besar.

Satu hal lagi yang membedakan kedua tools tersebut adalah EBITDA cenderung digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan modal.

Sedangkan EBIT menggambarkan kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan operasional bisnisnya.

Intinya, baik EBIT maupun EBITDA keduanya merupakan alat ukur dalam menganalisis performa keuangan sebuah perusahaan tergantung tujuan perusahaan dalam melakukan analisis keuangannya.

Baca Juga: 5 Jenis Laporan Keuangan dan Pengertiannya

 

Komponen-Komponen EBITDA

Sebelum lebih jauh kepada perhitungan EBITDA, Anda perlu memahami komponen-komponen perhitungannya. Adapun komponennya adalah sebagai berikut;

 

1. Bunga (Interest)

Secara umum, bunga merupakan kewajiban perusahaan yang harus dikeluarkan atas utang dari pihak ketiga dalam rangka menjalankan kegiatan operasional bisnisnya.

Bunga setiap perusahaan juga berbeda-beda tergantung struktur modal atau pendanaan yang digunakan.

Hal tersebut tentu nantinya akan memengaruhi akurasi perhitungan keuntungan dari setiap perusahaan pembandingnya.

Oleh karena itu, banyak perusahaan yang menambahkan bunga lagi yang dibebankan dan mengabaikan struktur modal karena dianggap lebih mudah dalam hal membandingkan performa bisnis. Meski begitu, perusahaan tetap bisa mengambil keuntungan dari faktor tersebut.

Baca Juga: Kenali Pajak Bunga Tabungan, Salah Satu Objek Pajak Penghasilan

 

2. Pajak (Tax)

Seperti halnya bunga, pajak yang dibebankan oleh setiap perusahaan juga berbeda-beda tergantung dari jenis beban dan wilayah operasional perusahaan.

Pajak sendiri merupakan kewajiban yang ditetapkan oleh negara kepada wajib pajak baik secara perorangan maupun badan.

Banyak para analis keuangan menganggap analisis EBITDA sangat efektif dalam membandingkan perusahaan lintas negara.

 

3. Depresiasi

Depresiasi merupakan penyusutan nilai suatu aset perusahaan dimana beban non-tunai atau aset bisnis terus mengalami penurunan secara bertahap.

Hal tersebut depresiasi dinilai dari nilai historis suatu aset perusahaan bukan dari kinerja yang telah berlangsung.

Biasanya depresiasi berbentuk aset tetap misalnya peralatan atau bangunan. Di sisi lain, depresiasi setiap perusahaan juga berbeda-beda.

 

4. Amortisasi

Amortisasi memiliki kesamaan dengan depresiasi hanya saja amortisasi merupakan penyusutan nilai aset tidak berwujud dalam waktu umur ekonomis yang lama misalnya saja hak paten.

Fungsi amortisasi adalah sebagai gambaran nilai aset perusahaan saat akan dijual kembali.

Amortisasi juga bisa disebut sebagai proses pelunasan utang dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan secara bertahap.

 

Cara Menghitung dan Rumus EBITDA

Pada dasarnya, cara menghitung dan rumus EBITDA lebih sederhana dibanding alat ukur keuangan lainnya karena perhitungan berdasarkan penjumlahan seluruh faktor-faktor penyusun EBITDA itu sendiri.

Umumnya, EBITDA dihitung dengan menjumlahkan laba operasional atau EBIT (Earnings Before Interest and Tax) dengan depresiasi dan amortisasi. Jika disederhanakan akan membentuk rumus berikut.

= EBIT (Laba Operasional) + Biaya Depresiasi + Biaya Amortisasi

Jika dijabarkan, rumus EBITDA bisa juga seperti berikut.

= Laba Bersih + Bunga + Pajak + Biaya Depresiasi + Biaya Amortisasi

Jika dilihat dari rumusnya, bunga ditambahkan kembali untuk mengabaikan jumlah utang dan efek lainnya yang dihasilkan dari biaya pajak.

Hal tersebut membuat perhitungan EBITDA sejatinya tidak menggambarkan posisi keuangan perusahaan sebenar-benarnya dan digunakan untuk menyiasati laporan keuangan yang akan diberikan kepada calon investor.

 

Analisis Perhitungan EBITDA

Metode analisis perhitungan EBITDA cukup sederhana. Semakin besar nilainya, maka perusahaan semakin baik dalam meraih laba.

Sebagai perbandingan antar perusahaan, jika rata-rata EBITDA sebuah perusahaan lebih tinggi dibanding pesaingnya, maka perusahaan tersebut lebih baik dalam meraih keuntungan dibanding perusahaan pesaing lainnya.

Selain itu, ketika nilai EBITDA sebuah perusahaan semakin besar setiap tahunnya, maka perusahaan tersebut dapat berpeluang meningkatkan keuntungannya.

 

Fungsi dan Kelebihan EBITDA

Sama halnya dengan komponen keuangan lainnya, perhitungan EBITDA memiliki fungsi untuk mengukur kondisi keuangan sebuah bisnis.

Namun secara lengkap EBITDA memiliki fungsi sebagai berikut.

  1. Sebagai pembanding performa bisnis perusahaan di bidang yang sama
  2. Bagi perusahaan yang tidak memiliki keuntungan besar, EBITDA mampu mendongkrak gambaran keuangan perusahaan
  3. Sebagai perbandingan atau opsi antar komponen pembentuk laporan keuangan
  4. Membandingkan pendapatan dan nilai perusahaan dalam rasio valuasi.

Bagi perusahaan yang sedang berkembang dan mencari investor, analisis EBITDA menjadi tools yang bisa digunakan untuk menunjukkan bahwa perusahaan tersebut ke depannya memiliki potensi keuntungan yang baik.

 

Kekurangan Perhitungan EBITDA

Perhitungan EBITDA yang memiliki fleksibilitas yang tinggi menjadi salah satu kekurangannya. 

Hal ini karena perhitungan EBITDA mengesampingkan faktor-faktor penting keuangan lainnya seperti aset, utang, dan pembiayaan lainnya. Hal tersebut juga bisa membuat perusahaan tidak sensitif terhadap beban yang sebenarnya.

Contohnya adalah EBITDA mengabaikan biaya yang dibutuhkan untuk mengganti peralatan yang mengalami depresiasi.

Misalnya begini, Anda telah menjual sekian barang dan mendapatkan keuntungan sekian rupiah. Tapi biaya yang dikeluarkan untuk peralatan dalam membuat barang untuk memenuhi target penjualan terabaikan dalam perhitungan.

Contoh lainnya adalah ketika ingin menginvestasikan peralatan yang sudah ada dengan peralatan yang lebih canggih. Namun Anda hanya melihat laba bersihnya saja tanpa melihat seberapa besar Anda mengeluarkan peralatan baru tersebut.

Selain itu, mengesampingkan beban bunga juga menjadi hal yang cukup berisiko dan bisa berakibat pada laba yang didapat.

 

Kesimpulan

Pada akhirnya EBITDA merupakan salah satu komponen keuangan dalam rangka mengukur dan membandingkan performa perusahaan.

Selain itu EBITDA dianggap tidak mencerminkan likuiditas atau keuntungan sebuah perusahaan sebenarnya yang seringkali dianggap menyesatkan baik bagi perusahaan maupun investor.

EBITDA juga tidak masuk ke dalam perhitungan resmi sesuai standar akuntansi. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan tidak menggunakan komponen tersebut sebagai satu-satunya jalan dalam mengukur performa bisnis.

Admin dua

Send this to a friend